3/01/2005
registrasi
Kamis 24 feb
Dari seminggu sebelumnya fa udah janjian sama sutik, ex teman kos, hari ini dia mo berkunjung ke rumah mojokerto dan minta dijemput, ok deh, arah mudiknya fa kan searah dengan rumahnya.
Dari puagi fa udah ngetem di kampus, bisa nggak bisa pokoe masalah registrasi kudu selese hari ini.
Mondar mandir dari lt. 2 - R. dosen & R. seminar yang disulap jadi R.registrasi dan keduanya berada di lt. 1 gedung sebelah. Fa mengalami pagi yang sibuk dan boros keringat kiy.
Tak lama kemudian datang usman, teman seangkatan sekaligus sekampung. jadinya enak, bisa berbagi tugas, pake kompi 2 in 1. Jam 2.30 an usman udah beres masalah registrasi, tinggal fa yang masih mengambang, dosen wali kmana kiy, seharian blum kliatan. Sussah, dulu fa pikir bu dos jadi pemalas gara gara bawaan adek bayi, klo sekarang bawaan sapa ya??
Jam 3 dapat keputusan boyongan ke pak Joshua, setelah antri dengan bahagia selama 45 menit akhirnya dapat tandatangan juga neh. Fa ambil TA, spekulasi.
Jam 4 meluncur ke terminal, daerah terminal ujan deres, angkotnya letoy, 1 jam kemudian baru nyampe. Setelah itu oper colt jurusan Malang - Pasuruan. Fa hendak menjemput sutik di rumahnya, daerah lawang. Katanya seh cuma makan waktu 1 jam, tapi kali ini berbeda, angkotnya ngetem luama di pasar lawang. Gimana kiy, sayangku pasti wes lama menanti di depan jalan, dia tau klo fa gampang lupa, jadinya fa ditungguin di jembatan tempat fa seharusnya turun.
Jam 6.30 malam turun angkot, disambut senyum bersahabat dari sutik & kekasih yang konon udah stand by di jembatan dari ½ jam yang lalu. Kami jalan ke rumah sutik, sementara sang kekasih transit di masjid.
“jadi pulang kapan mbak”
”lho katanya sekarang”
“malam malam gini nggak pa pa tah”
“gak papa wes, kita lewat Surabaya aja, trus nanti minta dijemput di terminal, ya”
“boleh nggak ya sama bapak? Mbak ifa yang pamit ya”
“wokeh”
Smua orang juga udah pada tau klo sayangku yang satu ini dilarang keras pergi & pulang malam, jangankan ke mojokerto, ke malang ajah dia gak boleh pergi diatas magrib
Sampe rumah sutik, kami tak melakukan banyak hal, hanya menjalankan ritual ritual primer aja. bahkan makan pun kami tak sempat, padahal klo disuruh jujur se fa nggak sekedar lapar, tapi luaaaaapar. Lha kan Cuma makan pagi, walaupun 2 porsi tapi input tak sebanding dengan output, energi yg dikeluarkan terlalu gede.
Ihhh si kecil lagi tidur, padahal fa kangen sama ekspresi jinak jinak merpatinya. Kata sang mbak seh, dari sore dia udah nungguin fa dengan antusias qiqiqi pertemuan perdana 2 bulan silam begitu mengena di hatinya, klo fa telp ke rumahnya ato mbak nya telp fa gitu dia mesti merengek rengek pengen ikut ikut bicara.
……
Setelah pamit dan mengantongi surat ijin dari bigbos akhirnya kami berangkat, tapi sebelumnya fa sempat menculik beberapa buah es lilin, gerah kiy. Dengan ditemani sang kekasih, kami menanti bis jurusan Surabaya di pasar Lawang. perjalanan di malam hari…uindah tenan rek, sayangnya kami tak kebagian tempat duduk di jok depan jadinya keindahan malam terasa kurang syahdu.
1 jam kemudian sampe di terminal Surabaya, kira kira jam 7.30 malam. Seperti biasa, kami dijadikan bahan bulan bulanan para kru bis. Heran, aneh, penasaran, ada sebagian orang yang tak mendapatkan perlakuan seperti itu, dari penampilan sepertinya mereka adalah tipikal pekerja yang tiap hari mudik. Fa ngiri, kepingin mendapat perlakuan sepadan tapi…bagaimana caranya?? Sampe sekarang blom kutemukan jawabnya. Cuma sekali fa merasa terminal bungur begitu bersahabat, saat naek bis dianterin mas bambang. Sepertinya...dia bukan sekedar hero di gunung, tapi hero di terminal juga qiqiqi. Besok besok wajib introgasi mas bam neh, berburu ‘tips aman melakukan expedisi antar terminal’
Jam 8.45 sampe terminal mojokerto, saat menuju telp koin langganan, fa liat ayah sedang duduk manis di R.tunggu sementara dd melamun di luar.
Sesampai dirumah, langsung MCK, setelah bersih dan cantik baru kami makan sambil bergosip, lama tak ketemu banyak gossip baru yang terlupakan.
Kringgg….
Telp dari kekasih sutik, ngecek kami udah sampe rumah apa belom. qiqiqi salah satu resiko berkekasih kali ya
Selanjutnya sutik bubuk sementara fa masih kangen kangenan sama ayah & ibuk juga dd. Berbicara banyak hal, dari aktifitas kampus sampai masalah pekerjaan.
“mbak ponk nanti mau kerja jauh, jangan dilarang ya. Klo dilarang pasti saya menderita”
Mengingat kisah mbak luluk yang pernah disabotase ibuk dari jobnya yang di Kalimantan dengan alasan anak cewek, nggak tega.
“siapa yang mau melarang, mbak iponk nakal ae, kerjaannya mengembara” kata ayah sambil mesam mesem
“kalo mbak luluk kan sakit sakitan, ibuk nggak tega”
Jum’at 25 feb
Pagi pagi kami jalan jalan ke sawah, yap rumah fa dikelilingi sawah. Bagus sih iya, tapi terasa begitu gersang. tak sedramatis sawah sawah di gunung
fa telp wina, sohibnya sutik, ex teman kos & satu kota dengan ifa. Dia pengen berkunjung ke rumah juga. Fa nggak pernah ke rumah wina, sedangkan sutik yang pernah sekali berkunjung itu ingatannya udah tak bisa diharapkan lagi
“nanti mbak ifa naek lyn C turun PMI, ya” kata wina
Akhirnya jam 10 fa & sutik berangkat ke rumah wina, hanya bermodal info turun PMI. Sejak lepas SMU fa udah jarang pigi kota, kalaupun pergi pasti bawa motor, nggak pernah ngangkot. Jadinya sekarang udah pada lupa
“pak, turun PMI ya”
“PMI mana mbak”
“sooko”
“di sooko nggak ada PMI mbak”
“lho…di daleman pokoe pak”
“turun di palang merah ya?”
“iya PMI”
“ada kalo Palang Merah, PMI nggak ada mbak”
“iya di palang merah pak” qiqiqi
Akhirnya sampe juga, sambil menunggu jemputan kami duduk di kursi bawah pohon mangga. Uihh mojokerto puanassss. Sesampe rumah wina kami langsung disambut sama bakso, hmm menu sangat spesial buatku. Ngebakso sambil bergosip, jadi rindu masa lalu, saat kami bertiga masih berkumpul di kos, aktifitas bersama hampir tiap hari kami lakukan. Saling menerima dan berbagi.
Jam 2 kembali ke rumah ifa. Berdasarkan kesepakatan bertiga, kami memutuskan untuk nginep di rumah mbak yang nggak jauh dari rumah fa, rumahnya tak berpenghuni kiy, si empunya jarang pulang.
“buk..mbak ponk bubuk di rumahnya mbak ya, kami mau berumah tangga”
“iya”
Setelah sukses mengurus perijinan kami langsung packing, menjarah isi kulkas. Ibuk sudah menyiapkan ikan mentah untuk kami masak di perasingan.
penjajah sudah sampe di rumah target, dengan sigap kami tahu tugas masing masing. Ada yang berburu kunci untuk mengeluarkan barang barang kerumah tanggaan yang disimpan di almari dapur, ada yang nyapu, dan menguras bak mandi. Semua beres dalam sekejap, rumah jadi kelihatan perfek. Kemudian kami disibukkan oleh acara memasak, masak ikan…(lupa kiy), bikin sambel tomat, dan membuat teh sementara sayur, krupuk dan buah impor dari rumah.
Menu makan malam yang sangat sederhana tapi benar benar nikmat, semua makan dengan porsi rakus sambil nonton film yang dibawa wina, sayangnya tak satupun yang berkesan.
Selese makan semua berkumpul di kamar sambil nonton sinetron picisan. Sutik & fa kegerahan, tapi wina tak mau kena kipas, takut masuk angin. Awalnya semua anteng, sutik & fa mojok mendekati arah kipas, sementara wina di ujung.
Kring…
Hp sutik berdering. Terdengar suara kekasih diujung sana. Kangen sekaligus khawatir karena mojokerto tempatnya banjir. Dengan lugas dijawab “nggak ada hujan disini, yang pernah banjir rumahnya wina, bukan mbak ifa”
Qiqiqi si kekasih masih trauma nonton di tv kali ya, memang seh banjir taon kmaren efeknya dahsyat, tapi ya…biasa aja tuh. blom tau dia klo kita juga ke pacet, daerah yang pernah longsor itu
Nggak tau gimana awalnya tiba tiba semua jadi gila. Dari acara bertukar hot gosip, saling meledek sampe acara curhat melankolis. Salah satu dari kami ada yang bermasalah, jadilah malam itu kami duduk bersama mendengarkan curhatan, menguatkan & berbagi solusi dengan obyek. Fa takkan melupakan hal itu, mempercayai dan dipercayai itu indah.
Menjelang jam 9 malam datang ayah & ibuk, hanya ingin menjenguk para gadis sekalian nyampein titipan dari windy, ex teman SD yang sekarang kul di psi ubaya, dia lagi skripsi & minta tolong kami buat ngisi angket. Wuih…mosok fa dikasih 8 angket dengan 5 lembar per angketnya. Males buanget, waktunya refreshing kudu di nikmati sebaik baiknya, ogah dirusuhi urusan kul dan kroni kroninya
Mumpung ada ayah, fa minta dianterin beli kue. Sebenernya fa bawa motor se, tapi gadis gadis pada nggak brani kluar
Sepulang bigbos, kami berencana untuk begadang semalaman, ternyata rencana hanya sekedar rencana, perlahan tapi pasti sekitar jam 11 kami tewas satu persatu. Tengah malam sutik ribut, maklum…orang malang berkunjung ke mojokerto hasilnya ya kayak cacing kepanasan gitu.
Sutik kegerahan, tapi segan nyalain kipas, takutnya wina masuk angin. Jadinya dia mondar mandir antara kasur - lantai. Serasa nggak ada posisi yang benar deh qiqiqi
Sabtu 26 feb
Gadis gadis udah nggak punya semangat untuk jadi koki, Menu sarapan pagi adalah mie instan. Menu makan siang kami impor dari rumah.
Sebelom berangkat sekolah dd janji mo nganterin gadis gadis ke pacet, sebuah tempat mm…bukit gitu deh deket arjuno - welirang tapi fa nggak tau sedekat apa. Nah..teman teman berencana mo borong keripik ketela di pacet.
Jam 2 siang dd udah datang, dengan menggunakan 2 motor kami meluncur ke pacet, kira kira memakan waktu 30 menit speed damai. Bbrrr…kami disambut oleh udara sejuk khas pegunungan dengan hijau sawah yang bersusun bak tangga, embun dan aroma bawang yang banyak ditanam di kanan kiri jalan. Teman teman ceria, fa bahagia, Jadi kepingin mengembara di gunung lagi kiy.
Setelah hunting stick & keripik ketela, samiler & keripik pisang aneka rasa, Kami melanjutkan perjalanan lebih keatas, muter muter di jalan terasa lebih indah daripada statis di satu tempat. Jam 4.15 kami turun, wina harus segera pulang.
Kepulangan wina membawa perubahan pada fa & sutik, kami tak berani tidur di rumah mbak luluk, akhirnya boyongan lagi ke rumah. Kami tidur sore.
Minggu 27 feb
Pagi pagi ada telp dari mbak el, telp rutin tiap minggu. Kali ini dia lagi gamang dalam mengambil keputusan masalah tempat tinggal. Terdengar ayah & ibuk urun solusi yang kesimpulannya sama. ‘selama blom dapat yang baru mending menetap di tempat lama dengan resiko harga yang terlalu tinggi dari pasaran & masa kontrak minimal 1 tahun’.
Ihh fa gatel, kepengen menyalurkan inspirasi, langsung beranjak dari kamar “ibuk, mbak ponk mau urun ide kiy”
Fa pikir klo ada yang lebih baik dengan harga miring knapa cari yang mahal berfasilitas standart coba. Memang benar kata ibuk klo duit dapat dicari, tapi…mari kita belanjakan keuangan kita tepat pada porsinya “gimana klo mbak el ambil kos yang bulanan aja, sambil hunting tempat yang cocok. Yakin aja deh, di tempat baru pasti ada sesuatu yang bisa dinikmati, tak seperti dugaan kita sebelumnya. Mari jadi pengembara kos kosan!!” qiqiqi pokoe berapi api, tiba tiba ditowel ibuk “heeei mbak el tak seperti mbak ponk yang hoby mengembara”
qiqiqi cara berpikirku pasti kliatan berapi api & menunjukkan gejolak jiwa muda didepan ortu
Memang repot, kami termasuk orang orang yang di didik untuk setia dengan 1, ironisnya kami merasa nyaman dengan pola itu. Saat mo pindah kos dulu fa juga mengalami polemik yang sama syukurnya semua dapat terlewati dengan indah
Jam 10.30 pagi kami berdua siap balik malang, tak lupa fa membawa serta harta untuk naek gunung, matras & nesting. Biar nggak kececer jadi gampang nyarinya saat butuh nggak kayak kmaren, pas mo dipake malah ketinggalan di mojokerto
faya remembered on 5:01 PM.
