10/29/2004
catper bondowoso II

Selepas magrib berangkat ke rs. syukur deh, mbak el ngamar di pavilyun yang isinya 1 kamar 1 orang, jadi bayangan buruk tentang rs bisa sedikit terhapus. Hanya saja…rs di situ terasa aneh. Setahu faya, tiap kamar biasanya dibatasi oleh tembok, lha yang ini nggak tau deh apa namanya. dibilang tembok bukan, triplek juga enggak. Trus gitu dikelilingi kaca GD setinggi leher. Jadi mo tengok kanan kiri juga bisa.

Kamar kamar disekitar sepi penghuni, satu pasien laki2 baru masuk siang hari. Penderita diabetes akut. Dia menempati kamar di depan mbak el tapi agak kekanan. uihhh keluarganya buanyak poll, berserakan dimana mana, berisiknya setengah mampus, harus dikutuk jadi patung baru bisa anteng kiy.
“assalamualaikum..hai mbak el! Duhh kayak orang pesakitan bener ae rek” pasang wajah ceria sambil sungkem
“waalaikumsalam, tumben kau kok putih” lemes sambil ngacak acak kepalaku
“kan sudah nggak jadi anak gunung”
“alahh gaya, naek gunung sekali ae pamernya kemana mana”
tiba tiba terdengar suara orang ngorok keras di kamar seberang
“hii itu tadi suara apa, ruame kayak gini kok sempat bubuk”
“hush, itu suara nafas bapak yang sakit” ayah ikut bergosip
“orang itu lho kemaren ngamar di tempat saya” kata mbak elvi
“dilihat dari gelagatnya, bapak itu waktunya nggak lama lagi” giliran ibuk urun komentar yg tidak bisa dianggap sepele, karena pengalamam hidup yang mengajarinya
“hiiii mbak ponk takutt” mepet mepet ke mbak el mencari perlindungan
“aduhhh infuse ketarik tarik iki loh” mbak el terganggu

fa meratapi nasib, merasa tidak ada yang mau memahami ketakutanku. Merasa tidak pernah berjodoh dengan rs(tengok kembali kisah berjudul cepat sembuh ya mbak).

tanpa mengurangi rasa hormat dan bukan pula bermaksud menyalahkan ortu, pengasuh & orang orang terkait yang memberikan larangan dengan cara menakut nakuti. Misalnya begini nih,
“anak kecil nggak boleh keluar rumah saat magrib, nanti dibawa wewe gombel(raksasa penculik anak)”
“anak kecil dilarang dokter masuk rs, banyak hantunya” saat fa kecil maksa ikut ke rs sambil mengeluarkan jurus andalan, nangis nangis histeris.

Paranoid makin menjadi setelah rumah kemalingan & faya adalah orang yang jangkauannya paling deket dengan pencuri, pokoe fa sliwar sliwer disekitar persembunyian mereka. Jadi sekarang agak agak gimanaaa gitu sama yang namanya gelap.

Back to rs
sekilas fa lihat ayah & ibuk melakukan komunikasi data, bicara via mata & gossip langsung berhenti secara radikal.

Datang perawat cantik mencairkan ketegangan, dia meminta kami beli jus jambu biji merah utk menurunkan demam mbak el yang mencapai 39 drajat.

“ikut yuk ponk” calon kk ipar
“mauuuu” biar bisa terbebas dari bpk lebam

Fa kurang sreg dengan calon ipar. Sebenernya nggak ada masalah sih, hanya saja faya merasa belom siap mental kalo dia mengambil alih mbak el. Malam itu kami(baca faya) buka puasa dengan begitu rakus. mam nasi, mangga, apel, pudding, durian, roti,…pokoe intinya fa overweigh dalam beberapa jam.

---sampe juice center---
“iponk minta apa”
“nggak pengen apa apa, kekenyangan” setelah itu baru kusesali.
Akhirnya fa muterin etalase, hasrat hati pengen minta dibeliin makanan level bos. Tapi begitu melihat coklat bertengger dengan cantik, semua rencana langsung ilang.
“mbak ponk minta itu 1” nunjuk coklat.
“1 apa 2”
“ satu”
“2 apa 1”
“2” nah lhoo
Setelah makanan ditangan, ganti minta dibeliin yang laen. Dasar si mas eror, diturutin aja tuh, malah ditawar tawarin. Si mas ini emang poloz, murah ati, ato berusaha ngambil hati. Kekekeke jangan harap faya tahu malu. Aku akan berbaik hati padamu saat kumenyukaimu & menganggapmu pantas bersanding dengan kakakku hihi(plis deh, kalian kudu bisa memahami perasaanku*setmode maksa*). Setelah 3 hari bersama baru fa bisa menerima keberadaannya.

--sampe rs--
“iponk iki makan coklat ae rek” mbak el gemes. hihi dia nggak tau klo ini hasil memalak
lagi lagi terdengar suara nafas si bpk lebam tepat saat faya mo nelan makanan. Kali ini suaranya lebih berat tapi keras dan…fa nggak bisa mendeskripsikan, pokoe perpaduan antara orang ngorok & flu berat dengan dahak ditenggorokan.

Huekk. Fa muntah. Kenapa? Nggak tau, pokoe perut langsung mual, makanan yg tadinya ditelan secara brutal malah keluar lagi. Lagi lagi ayah & ibuk melakukan komunikasi data sambil senyum senyum memvonis.
Disuruh ibuk tidur dirumah, tapi fa nggak mau. Lampunya mbak el remang remang, fa jadi merinding.

Tiba waktunya mimik obat. Mbak el tuh paling bermasalah sama yang namanya obat. Udah enak enak obat berbentuk tablet, malah nggak bisa minumnya. Kudu di haluskan dulu macam isi kapsul. Hiiii opo ya nggak tambah pahit tuh. Wes pokoe prosesnya bertele tele deh. Pake acara konsentrasi, mengkonekkan otak & hati sampe ritual mematikan indra perasa. Cuma ibuk satu satunya orang yang bisa mengatasi acara mimik obat, selebihnya tak ada hasil. Kmaren tuh pas ortu blom datang, acara minum obat selalu berakhir derita, tak satupun obat yang sukses melewati tenggorokan sebagai titik penentuan. semua orang rawan kena muntah.

“hiii awas awas mbak el mau muntah, ayo menyelamatkan diri” fa memberi pengumuman, mulutku langsung dibungkam mbak el sambil pasang ekspresi nahan mual.
“mbak el, pean itu nggak sayang tah liat obat dibuang buang gitu”
“yo sayang, lha tapi keluar sendiri e” jawabnya poloz
“pas mbak ponk sakit radang usus dulu obatnya juga buanyak, ndut ndut segede jagung hibrida, kalo ditelan suka nyangkut di tenggorokan. Tapi muntahnya Cuma sekali, itupun obat yang pualing besar kayak bodynya ade ray. Tak abis abis mbak ponk meratapinya, soale obat terakhir jadi nggak lengkap” srius berbagi kisah untuk memberi semangat. Kebetulan fa sakitnya pas di kos.
“huahuahuahua” ngakak sambil megangin perutnya
“lho..pean knapa mbak el” nggak abis pikir, dimana sisi lucunya
“ibukkk iponk iniloh bikin mbak el ketawa terus. Nggak boleh byk gerak tapi kalo ketawa terus ya sama aja” ngadu
“lhe…sapa juga yang suruh ketawa, orang Cuma cerita aja kok” membela diri
“lha kamu nek cerita, bahasanya biasa aja po’o. mata & tubuh juga nggak usah ikut ikutan bicara”
fa gondok, ngabur, berburu orang beraura di luar. Setelah 30 menit balik lagi tanpa hasil.

Fa : “mbak el, saya tadi pas naek bis dilamar bpk bpk” bergosip dari A - Z
Mbak : “huahuahuahua. Mbak el dulu jg pernah dilamar pasien, buat anaknya. mereka gigih sekali, sampe bisa dapetin no. telp ku” tak urung cukup membuat faya berpikir bakal mengalami nasib serupa
Fa : “trus blablabla”
Mbak : “huahuahua lucu..lucu kiy. Edan kamu ponk”
Ibuk : “ssttt dari tadi ketawa terus. Ayo mbak ponk keluar, biar mbak el bubuk” jelas jelas ngusir

ketemu sama mas sandy, rekan kerja mbak el. Sebenernya udah berkali kali fa ketemu dengannya. Tiap fa berkunjung pasti diajakin mbak el ngantor & mas sandy satu ruangan dengan mbak el. Tapi kami bisa dibilang nyaris nggak pernah bicara. fa nggak bisa memulai pembicaraan dengan si mas, nerves duluan. Si mas juga kayaknya nggak ada topik. Paling paling kalo mbak el pigi & tinggal kami berdua dalam ruangan baru deh dia Tanya Tanya. Itupun sekedar basa basi, terasa hambar sekali

Sebenernya fa bosen di kantor mereka, nggak ada yg dikerjakan. Mau ikut membajak alat alat juga mesti disabotase kanan kiri, yang boleh dipegang Cuma mikroskop. Biasanya fa blanja blanja roti & coklat di toko depan, si ibuk pemilik ajah sampe apal. Sekali waktu sedang musim rambutan. Pohon rambutan disitu puendek, buah satu pohon fa tebas dalam sesaat. Semua ditawarin, tapi nggak ada yang mau. Entah malu ato emang nggak minat, yang faya tau hanya mereka semua menolak. Jadinya fa abisin smua. Pokoe yang mereka tau mulut faya tak bisa berhenti dari ritual mengunyah.

Nah..pas ketemu mas sandy di rs dianya mbahas masalah itu. Faya ajah sampe kaget, knapa mas ini tiba tiba jadi ceriwis, banyak celoteh. Dimana aksi tutup mulutnya selama ini? Jangan jangan sikap yang dia tunjukkan padaku kmaren kmaren itu hanya fatamorgana, karena dia masih malu malu.
“biar badannya langsing begini, anak ini nggak pernah berhenti makan loh, makannya sedikit tapi berkali kali. paling doyan sama buah, jadi kalian jangan coba coba minta darinya. Kemaren aja rambutan 1 pohon abis tak tersisa” bercerita pada audiens dengan aksi seolah olah telah mengenal faya seutuhnya. Mendapati diri sedang jadi pusat perhatian Fa jadi cengar cengir merona
“dia juga penakut. ke kamar mandi aja minta dianterin sama ibunya. Apalagi kalo disini, dek evi jadi kerepotan. Pasti di kos suka nggak berani tidur sendiri” penelitian yang diam diam tapi dalam, cukup untuk meluruhkan pesona yang telah terbangun didepan massa
“nggak yoo” mempertahankan imej

semua pulang, jam besuk telah habis. Yang jagain mbak el ada 4 orang, ortu, mas ipar & faya. Sedangkan si bpk lebam? Diantara sekian banyak keluarganya, hanya 3 orang yang tinggal, itupun perempuan semua.

Makin malam makin sepi & mencekam hanya detak jam dinding aja yg terdengar diiringi suara nafas bpk lebam yang makin keras & pendek. Kadang sampe kayak orang bersin, saking susahnya ambil nafas kali ya, pasti sakit sekali.

Fa nggak bisa merem, telinga ditutup dengan berbagai macam benda, dari selimut bulu, jilbab, sampe tangan tetep nggak mempan yang ada malah kegerahan, baru bubuk sekian detik udah terdengar irama yang sama. Fa sampe keringetan tapi badannya duingin, nggak sanggup dengernya. Pelukan ayah & ibuk nggak mampu menenangkanku.

Berkali kali terdengar para ibu itu lari larian gedeblek..gedeblek..kayak langkah kaki dinosaurus
“dokter..dokter…”
dan sang dokter datang membawa berbagai peralatan asing
jeda beberapa saat, lari larian lagi
perawat datang membawa tabung oksigen (hehe kayak tabung kompor gas ya)
“dokter..dokter..”lari lari
datang dokter sambil bawa mesin penyedot. Cesss..cessss…kira kira begitulah bunyinya. Mereka nyedot lendir di tenggorokan si bpk
“awalnya tadi dia bersin, trus nadinya berhenti” lapor sang junior
“alat ini jangan sering sering dipake ya bu, berbahaya” perawat mengingatkan

jadilah malam itu sebagai malam yang sibuk, penuh kejutan & mencekam. Akhirnya jam 2 malam fa minta di ekspor pulang ke rumah mbak el. Dianterin ayah, sekalian sahur.

Keesokan harinya faya turun derajat jadi sie logistik alias koki.saat semua sedang di rs, fa pigi belanja belanja secara illegal. Menjelang magrib semua di invite. Buah, nasi, sayur, telor ceplok & hasil manipulasi tahu udah terhidang dimeja. Maaf sodara sodara, hari ini menu diet karena kemampuan memasakku begitu minim, masalah rasapun nggak bisa dijamin.
aihh senangnya begitu melihat sorot mata bersyukur mereka. di cicipin ibuk
Begini loh cuplikannya
Ibuk: “hmm enak. Rasanya begitu pas” sangsi, dikiranya faya catering. Dengan mempertimbangkan realita masakan faya yang rasanya sering tak terdeteksi
Fa : “mbak iponk masak sendiri kiy” butuh pengakuan

datang ayah.
Fa :“yah..ayo makan, mbak ponk masak uenak kiy”
Ayah: no komen, tapi abis banyak
Fa : bengong. Wahhh ini pertanda makanan enak dilidah ato kelaperan neh

Di rs
Fa : “mbak el, mbak ponk tadi masak uenak kiy”
Mbak el : senyum senyum
Fa : “lhe..tanyao mas ipar tah. mbak ponk tadi masak uenak kan mas” hanya terima kata persetujuan
Ipar : “he e” memilih jalan damai

Bpk lebam tidak bertahan lama, meninggal jam 4 pagi. Istrinya meraung raung minta ikut, juniornya mencak mencak menyesali kematian si bpk yang knapa nggak kemarennya ajah( hari jum’at mulia). Sedangkan junior yang satunya sibuk cari pinjaman hp(wartel masih pada tutup). Dapet hp kk ipar yang ketahuan pulsanya tinggal 1000.
Tanpa tedeng aling aling dia langsung ngomelin kk ipar, mendapati dirinya sedang diadili, si mas langsung bengong. Faya ngedumel, “so what gitu loh” dengan gaya lemah gemulai

Karena berbagai alasan, akhirnya acara kunjungan diperpendek, memang diluar kebiasaan sih. Biasanya kemanapun fa berkunjung yang ada malah perpanjangan molo. Orang orang pada ngelarang dengan 1504 macam alasan, intonasi dan kadar keseriusan. tapi tak mampu melunturkan tekat yang sudah bulat. Pokoe fa mau pulang

Dianterin si mas pigi terminal. Nunggu bis sampe 1 jam. Duduk bengong di ruang tunggu sampe bulukan. Semua dilakoni. baca baca, duduk dengan posisi nungging, tebar pesona pada orang sekitar yang kadar pesona & auranya pas pasan, bantuin tukang sapu mungutin sampah, ngitungin orang orang dalam terminal, ngunjungin semua toko yang ada disitu. Pokoe semua udah dijabanin tapi blom ada tanda tanda kehadiran bis cantikku.
“iponk mau bawa tape nggak” makanan khas setempat yg kata tape mania sih super uenak
“malas ah. Berat” makna implisitnya adalah ‘ saya nggak suka tape’
“kalo gitu bawa 2 paket aja, katanya teman2 di kos pada suka” dalam situasi tak stabil kayak gini masih sempat mikirin teman2 ku
weks….fa megangin tas yang udah endud, Melotot sambil mereka reka, 1 paket isinya 5 kotak X 2 = brapa kilo?
“tidakk tidakk” berlagak macam siti nurbaya yang dipaksa merit dengan datuk maringgih

akhirnya yang ditunggu tunggu datang juga, jam 3 sore bis tinggal landas. Dadah all…

Dunia memang sempit ya, dalam bis faya ketemu sukma, temen satu kelas yang ternyata warga bondowoso(fa ngedip ngedip genit ke idash yang punya kisah indah bersama dia)
Fa : “permisi..” maksudnya harap geser saya mau duduk
Suk : “lho..fa, darimana” kaget
Fa : “lho..sukma, dari nengokin mbak” tak kalah kagetnya
Bercakap cakap tak lebih dari 5 menit, selebihnya fa lebih tertarik memperhatikan jalanan dari balik kaca sampe ketiduran.

Perjalanan yang semula diperkirakan memakan waktu 6 jam, ternyata lebih cepat dari dugaan, sampe rumah jam 9 kurang sekian(smua ini atas jasa bis probolinggo- mlg. Tooss pak sopir). Hausnya minta ampun, lapernya nggak ketulungan.

Syukurlah sekarang mbak elvi udah keluar dari rs. Katanya se sekarang sedang memantapkan penyembuhan di kampung halaman.

faya remembered on 1:15 AM.